Yuk Berkenalan dengan Bakpia Jogja



Siapa sih yang tidak kenal Bakpia apalagi Bakpia Jogja? Hayoo masa orang Indonesia tidak tahu apa itu Bakpia Jogja? Bagi yang tidak tahu, cocok nih kalian mampir ke blog ini. Karena di sini saya sedang ingin membahas Bakpia Jogja alias Bakpia Pathuk pada kalian-kalian yang masih asing dengan nama makanan ini. Oke, dari pada banyak basa-basi, lebih baik kita mulai saja.

Jadi, Bakpia Pathuk ini adalah nama dari salah satu makanan khas Indonesia. Bukan makanan berat seperti rendang, opor dan sejenisnya. Dia yang disebutkan di sini adalah jajanan, yaitu kue pia yang bentuknya bulat agak pipih yang berisi kumbu berbagai rasa, dan dibungkus dengan tepung lalu dipanggang hingga bagian kulitnya sedikit gosong. Makanan ini adalah khas dari Yogyakarta. Siapa yang pernah berkunjung ke sana pasti akan menemukan makanan ini di berbagai pusat oleh-oleh yang ada di Yogyakarta. Jangan heran kalau merk-nya ada banyak khususnya di Malioboro.

Bakpia Pathuk atau Bakpia Jogja yang saat ini sering ditemukan kebanyakan dikemas dengan kertas karton dan memiliki labelnya masing-masing. Tapi siapa tahu, ternyata dulunya di awal munculnya Bakpia Pathuk di Indonesia, makanan ini hanya dikemas dengan besek tanpa label. Begitu juga dengan varian rasanya. Dulu Bakpia Pathuk hanya berisi kumbu yang merupakan campuran kacang hijau dan gula. Lalu seiring berkembangnya waktu, Bakpia Jogja yang sering kita temukan saat ini memiliki banyak varian rasa, seperti rasa cokelat, keju, durian, nanas, dan sebagainya. Jadi kita bebas memilih varian rasa yang kita inginkan.

source: foody.id
Awal mulanya, Bakpia ternyata bukan berasal dari Indonesia, tetapi berasal dari Tiongkok. Di Tiongkok sendiri Bakpia tidak berisi kumbu, melainkan daging yang telah diolah dengan ukuran yang jauh lebih besar dari Bakpia Pathuk. Konon katanya Bakpia ini sudah ada sejak tahun 1930. Para keluarga dari pedagang Tiongkok yang banyak berdomisili di Yogyakarta waktu itu banyak yang mengonsumsinya. Mereka tidak menjadikan bakpia sebagai makanan komersil atau bernilai kultural seperti kue keranjang, tetapi hanya dijadikan kudapan bagi keluarga tersebut.  

Akan tetapi menurut catatan sejarah lainnya, bakpia ini awalnya diperdagangkan oleh seorang pendatang asal Tiongkok yang mencoba peruntungan dengan mendagangkan makanan tersebut di Yogyakarta. Resep yang dipakai masih resep asli dari negaranya, yang itu artinya berisi daging babi dan minyak babi sebagai bahan utamanya. Namun ternyata itu tidak sesuai dengan selera orang-orang Yogyakarta karena mayoritas penduduknya beragama islam. Lalu kemudian, pendatang bernama Kwik Sun Kwok itu segera mengganti resepnya dengan menghilangkan unsur babi lalu menggantinya dengan kumbu kacang hijau. Ternyata masyarakat Yogyakarta lebih menyukai bakpia jenis itu daripada bakpia yang dibuat menggunakan resep asli Tiongkok.

Menggunakan resep itulah bisnis Kwik berkembang. Dia yang awalnya menyewa sebidang tanah milik Niti Gurnito di Kampung Suryowijayan untuk usahanya, segera pindah ke sebelah barat kampung tersebut untuk melanjutkan usahanya. Usahanya bisa terbilang sukses sampai dia meninggal dunia di tahun 1960-an yang kemudian usaha tersebut dilanjutkan oleh anak menantunya bernama Jumikem.

Niti Gurnito sendiri, seseorang yang menyewakan tanahnya pada Kwik, ternyata juga ikut-ikutan membuat bakpia. Bakpia yang dibuatnya memiliki ukuran yang jauh lebih kecil begitu juga dengan isinya. Ia menjajakannya keliling kampung menggunakan pikulan kayu. Sayangnya, pada masa itu usahanya tidak sesukses Kwik, karena orang-orang yang membeli bakpia buatan Niti Gurnito kebanyakan adalah pribumi. Sementara orang-orang Tionghoa lebih memilih untuk membeli dari penjual asal negara mereka sendiri.

source: krjogja.com
Pada periode waktu yang sama, teman Kwik yang bernama Liem Bok Sing, seseorang yang menyuplai arang untuk Kwik ternyata juga ikut membuat bakpia dan memasarkannya pada masyarakat. Ia pindah ke Jalan Pathuk rumah nomor 75 yang sekarang berubah nama menjadi Jalan KS. Tubun. Di sanalah dia membuat resep baru bakpia yang dinamainya Bakpia Patuk 75. Usaha yang dijalankan ini ternyata jauh lebih sukses dari milik Kwik sendiri. Dia membuat bakpia generasi kedua seperti yang sering kita temui sekarang ini. Bakpia milik Kwik memiliki kulit yang tebal dan bentuknya bulat, sementara bakpia yang dibuat oleh Liem memiliki kulit yang jauh lebih tipis dengan ujung datar yang agak gosong berisi kacang hijau. Usaha milik Liem berkembang pesan pada tahun 1980-an dan dia memiliki banyak karyawan yang sebagian besar adalah warga kampung tersebut. Usul punya usul, ternyata sebagian karyawannya berhasil mencuri resep dan menyebar cara pembuatan bakpia kepada masyarakat sampai membuka kursus. Akhirnya, karena resep yang telah tersebar meluas itu, Bakpia Pathuk-pun dinobatkan menjadi makanan khas Yogyakarta.

Tidak sulit lagi mencari makanan ini ketika kita berkunjung ke Jawa Tengah. Semua pusat oleh-oleh khususnya kota Yogyakarta pasti menjual Bakpia Pathuk dengan berbagai label. Kita tinggal pilih varian rasa apa yang ingin dicoba. Kalau seandainya kalian bingung memilih Bakpia Pathuk mana yang paling enak dari sekian banyak label yang ada, coba deh baca artikel di website lain. Dijamin pasti kalian enggak akan bingung lagi. Yang pasti, jangan sampai lupa membawa pulang makanan ini setelah berkunjung ke Yogyakarta.

Semoga artikel ini bermanfaat.

sumber foto1 artikel: paketwisatajogja75.com

Subscribe to receive free email updates: